Kabbalisme atau Kabbalah


Kabbalah adalah kepercayaan Yahudi yang amat rahasia disampaikan pada anggota dari mulut ke mulut. Ajarannya berupa ilmu sihir dan ritual pemujaan setan yang telah dikembangkan sejak ribuan tahun. Secara harafiah Kabbalah (Qabala) bermakna tradisi lisan. 

Kata Kabbala diambil dari bahasa Ibrani: qibil yang bermakna menerima atau tradisi warisan. Dengan demikian ajaran Kabbalah mempunyai arti menerima doktrin ilmu sihir (okultisme) yang hanya diketahui oleh segelintir orang.

Menurut sejarah, Ordo Kabbalah telah berusia 4.000 tahun, sejak Nabi Ibrahim as meninggalkan Sumeria, akhirnya menyebar ke Mesir Kuno hingga Ke Palestina. Ordo Kabbalah dibentuk dan diberi nama Ordo Persaudaraan saat perpindahan Bani Israil ke Babilonia yakni pada era Dinasti Ur ke 3 (2112 -2004 SM).

Salah seorang pendeta tinggi Kabbalah yakni Samiri yang mengajak Bani Israil saat eksodus dari Mesir untuk menyembah anak sapi emas bertepatan saat Nabi Musa as berkhalwat di gunung Tursina-Sinai. Doktrin mistis Kabbalah merupakan induk dari segala ilmu sihir yang ada di dunia hingga hari ini.

Sejatinya merupakan elemen eksternal yang menyusup ke dalam agama Yahudi. Ditinjau dari segi pemahaman, Kabbalah terdiri dari 3 ordo : Ordo Hijau, Kuning, serta Putih. Ordo putih nyaris tidak teridentifikasi oleh peneliti. Hal ini lebih disebabkan gerakannya sangat rahasia, dan mereka berkonsentrasi pada misi politik. Sedang ordo Hijau dan Kuning lebih menekankan pada aspek penyembahan terhadap Lucifer.

Ajaran Kabbalah dirumuskan untuk menentukan jalannya peradaban manusia dengan membentuk satu pemerintahan dunia (E Pluribus Unum) di bawah kendali Yahudi.

Tradisi Kabbalah ditengarai menghasilkan filsuf besar seperti Plato, Socrates dll, juga faham Rasisme yang kemudian diadopsi Hitler untuk berkuasa. Untuk dibaiat menjadi anggota ordo putih, harus memiliki gelar magister pada satu disiplin ilmu. Hanya Yahudi dari garis keturunan yang lurus yang diizinkan untuk menjadi anggota. Di dalam fase rekrutmen ini ditempuh melalui pendidikan tidak kurang dari 40 hari. Prinsip ini yang selanjutnya digunakan oleh kelompok persaudaraan Illuminati.

Menurut ajaran Kabbalah proses penciptaan dimulai dengan munculnya benda-benda yang disebut Sefiroth yang artinya lingkaran-lingkaran atau orbit-orbit yang bersifat material maupun spiritual. Benda tersebut berjumlah 32. Sepuluh yang pertama beremanasi dengan Tuhan yang gaib di kedalaman yang tak terbatas. Dogma Kabbalah ada relasinya dengan sistem kepercayaan astrologi kuno. 

Pada hakekatnya Kabbalah telah menyimpang jauh dari agama Yahudi. Ajaran tersebut menjadi doktrin mistis dari keimanan Yahudi yang melenceng dari Taurat.

Ajaran Qabala menjelaskan adanya hierarki kekuasaan mereka yang mereka sebut sefortim, yang dalam bahasa Ibrani berarti penyinaran. Ada 10 sefrotim, yang dari bahasa Ibrani disebut sitra ahra, yang artinya sisi lain.

Penyinaran sefrotim direpresentasikan oleh sejumlah makhluk supra-natural yang dalam bahasa Ibrani disebut sheldim. Shedim terdiri dari sejumlah roh. Roh tertinggi adalah Lucifer sebagai pembawa cahaya. Semua roh yang disebut shedim itu tercipta dari asal api.

Oleh karena itu api menjadi sesembahan terpenting dalam ajaran Qabala. Beberapa di antara shedim itu ada yang kawin dengan manusia, dan mereka disebut mazzikim atau shedim yang tidak berbahaya, dan anak hasil perkawinan itu bila lahir disebut banin shovavvim yang artinya anak haram jadah.

Penjelasan kaum Kabbalis tentang Tuhan direfleksikan sebagai bentuk tertinggi yang tak terlukiskan yang disebut En Sof. Adapun En Sof telah memanifestasikan dirinya kepada pengikutnya dalam sepuluh aspek (Sefiroth) realitas ilahiah.

Kesepuluh aspek tersebut, yakni :
1. Kether Elyon : Mahkota tertinggi;
2. Hokhmah : Kebijaksanaan;
3. Binah : Akal;
4. Hesed : Cinta atau pengampunan;
5. Din : Kekuasaan;
6. Rakhamim: Kasih Sayang;
7. Netsakh : Keabadian;
8. Hod : Kegungan;
9. Yesod : Fondasi; 
10. Malkuth: Kerajaan (Sekhinah).

Sebenarnya Sefiroth adalah ekspresi paling lugas dari ajaran pagan Kabbalah, diilustrasikan sebagai pohon yang tumbuh terbalik, akarnya di kedalaman, En Sof dan puncaknya terdapat di Sekhinah (dunia). En Sof merupakan jabaran dari getah yang mengalir melalui dahan pohon dan membuatnya hidup serta menyatukan dahan-dahan dalam realitas yang rumit dan misterius.

Kaum Kabbalis tidak antagonis terhadap falsafah namun bagi mereka simbolisme dan mitologi jauh lebih memuaskan dalam menyingkap hakekat Tuhan.

Ketika berakhirnya kekuasaan Romawi di Palestina, para pendeta Kabbalah memutuskan untuk merekam tradisi lisan tersebut ke dalam papyrus agar dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Tugas tersebut diamanahkan pada Rabbi Akiva Ben Josef seorang ketua majelis tinggi pendeta Sanhendrin, serta seorang kepercayaannya rabbi Simon Ben Joachai.

Kitab suci Kabbalah terbagi dalam dua buku: Sefer Yetzerah (Kitab Penciptaan) dan Sefer Zohar (Kitab Kemegahan). Zohar penuh dengan ayat-ayat rahasia. Ayat-ayat tersebut hanya bisa dipahami melalui kitab yetzerah.

Di Eropa beberapa abad setelah Masehi muncul Sefer Bahir (Kitab Cahaya).

Kitab suci Kabbalah ditulis dalam bahasa Ibrani, selanjutnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Rujukan kaum Kabbalis tersebut berisi ajaran suci bagi kultus sesat dan penyembahan terhadap iblis. Teologi Kabbalah tersusun dari mitologi paganisme dan menjadi dasar dari kemerosotan agama Yahudi.

Klaim Kabbalah bahwa manusia bertanggung jawab terhadap keberadaannya. Kaum Kabbalis menyebut iblis sebagai Lucifer (cahaya, pencerahan). Hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan mereka yaitu kekuasaan yang berasal dari cahaya, api dan matahari yang merupakan perlambang iblis.

Di dalam struktur ajaran mereka terdapat hirarki kekuasaan: Sefrotim (penyinaran) diasosiasikan sebagai makhuk supra natural. Dalam bahasa Ibrani disebut : Shedim yang terdiri dari sejumlah roh. Shedim yang kawin dengan manusia disebut Mazzikim dan anak hasil perkawinannya disebut: Banim Shovanim (anak haram jadah).

Kabbalah merepresentasikan bahwa manusia menjadi suci setara dengan Tuhan, dalam istilah modern dikenal dengan faham Humanisme.

Penganut Kabbalah menggunakan simbol-simbol. Organ lelaki disimbolkan dengan Phallus (Lingga), perlambang kekuasaan regeneratif. Organ wanita dimanifestasikan oleh Yuna yang melambangkan kesuburan.

Lain halnya untuk menjelaskan struktur hirarki, mereka menggunakan segitiga dan piramida. Para elit Kabbalis berada pada puncak piramida yang menguasai massa yang menopang bangunan tersebut.

Teologi Kabbalah merebak ke seluruh dunia, hadir dalam masyarakat diberbagai aspek. Di Indonesia pernah ada gereja iblis, hotel serta night club yang dinisbahkan kepada Lucifer. Sedang di Persia kaum Kabbalis mengejawantah ke dalam agama Zoroasterisme.

Para pemuka agama Zoroaster disebut dengan Magi, ritual ajarannya : Magus. Dari isitilah itulah muncul ilmu magis. Adapun Hadits Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa Zoroaster seperti halnya Majusi, aliran ini mempelajari sihir okultisme dan tenung dengan bantuan jin.

Seiiring dengan merebaknya Ilmu Astrologi dan numerologi, agama Kabbalahpun berkembang di Sumeria-Mesir, Babilonia sampai ke Persia. Ajaran Kabbalah di Persia tertulis dalam kitab Avesta, sedang Lucifer disebut : Ahuramazda (Ormuzd : sang pembawa cahaya) yang diaplikasikan dengan penyembahan api dan matahari.

Di Palestina ajaran Kabbalah menyebar dipimpin oleh Herodes II, gubernur Romawi serta dua orang pembantunya: Ahiram Abiyud dan Moav Levi, mereka melawan ajaran Yesus, kelompok tersebut berupaya membangun kembali Haikal Sulaiman di Yerusalem. Majelis Kuasa Rahasia Kabbalah yang dipimpin Herodes II memerintah untuk menyembelih Nabi Zakaria as, juga membunuh Nabi Yahya as dan meletakkan penggalan kepalanya di atas nampan. Gubernur lalim tersebut juga mengeluarkan dekrit hukum mati terhadap Yesus (Nabi Isa as).

Dalam waktu singkat Injil versi Kabbalah berkembang ke seantero kekaisaran Romawi dan menjalar hingga ke Eropa. Selanjutnya Majelis tersebut juga mendirikan The Knights Templar yang merupakan cikal bakal dari gerakan Freemasonry dengan cara menyusupkan anggotanya sebagai seorang Kristen Katholik yang berperan sebagai ordo militer dalam perang salib.

Kabbalah ini mempelajari arti tersembunyi dari Taurat dan naskah-naskah kuno Judaisme. Walau demikian, diyakini bahwa Kabbalah sesungguhnya memiliki akar yang lebih panjang dan merujuk pada ilmu-ilmu sihir kuno di zaman Fir’aun yang biasa dikerjakan dan menjadi alat kekuasaan para pendeta tinggi di sekitar Fir’aun. 

Kabbalah ini sarat dengan berbagai filsafat esoteris dan ritual penyembahan serta pemujaan berhala, bahkan penyembahan iblis, yang telah ada jauh sebelum Taurat-Musa dan telah menyebar luas bersama Judaisme, yang seluruhnya berurat-berakar pada praktek-praktek kebatinan serta penyembahan dewa-dewi di zaman Mesir Kuno.

Hal tersebut diutarakan pakar sejarah Yahudi Fabre d’Olivet. “Kabbalah merupakan suatu tradisi yang dipelajari oleh sebagian pemimpin Bani Israil di Mesir Kuno, dan diteruskan sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi,” jelas d’Olivet. 

Banyak kalangan percaya, Kabbalah adalah induk dari segala induk ilmu sihir yang ada di dunia hingga hari ini.

Dalam Yudaisme Orthodoks masa kini, fondasi Kabbalah terdapat pada tiga kitab penting: Sefer Yetzirah, Bahir dan Zohar. Tetapi mistisisme Yahudi sebenarnya sudah ada jauh sebelum ketiga kitab itu ditulis. Mistisisme Yahudi juga tercermin di dalam manuskrip-manuskrip Laut Mati serta di dalam tulisan-tulisan filsuf Philo. Mistisisme Yahudi ini setidaknya sudah berusia lebih dari 2000 tahun.

Pada masa lampau Kabbalah disebut dengan sebutan lain, antara lain Sitrei Torah, Razei Torah dan Torat HaSod. Pada masa itu mistisisme Yahudi dibagi menjadi dua area, masing-masing adalah Ma’aseh Bereshit (berhubungan dengan Penciptaan) dan Ma’aseh Merkavah (berhubungan dengan Tahta-Kereta Ilahi). Material mistis ini dipandang sebagai suatu yang sakral.

Rabbi-rabbi di zaman dahulu sadar betapa bahayanya material seperti ini jika disalah-gunakan oleh orang yang bukan ahli Taurat dan tidak memahaminya (m.Hagigah 2:1). Oleh sebab itu sampai sekarang Kabbalah sama sekali tidak dianjurkan untuk dipelajari.


PaRDeS : Empat Level Pemahaman Kitab Suci

Kata PARDES dalam bahasa Ibrani dieja tanpa huruf hidup yakni PRDS. Kata ini dalam sehari-hari berarti “taman” namun PRDS disini adalah sebuah singkatan (dalam Yudaisme disebut “notarikon”) untuk:
[P]ashat (sederhana)
[R]emez (petunjuk)
[D]rash (pencarian)
[S]od (tersembunyi)

Ini merupakan empat level pemahaman. Setiap level adalah lebih dalam dan lebih intensif daripada level sebelumnya.

Pashat – adalah pemahaman harafiah (literal) terhadap teks kitab suci.
Remez – mengacu kepada makna yang diimplikasi di dalam teks.
Drash – merupakan pencarian makna terhadap penerapan allegori, tipologikal, atau homiletikal di dalam teks. Pencarian bisa dilakukan dengan membandingkan teks lainnya dalam kitab suci, literatur di luar kitab suci, dan sebagainya. Proses ini melibatkan eisogesis pada teks tersebut.

Sod – memahami pengertian tersembunyi, rahasia atau mistis dari suatu teks (Lihat I Kor. 2:7-16 khususnya pada ayat 7). Contoh teks yang membutuhkan pemahaman sod adalah Wahyu 13:18 yang menyatakan identitas Binatang dengan angka 666.

Adalah penting untuk menyadari bahwa pada saat kita berbicara dalam Kabbalah kita hampir selalu berbicara tentang hal-hal yang membutuhkan pemahaman drash dan sod. Kita akan membicarakan TUHAN dalam istilah-istilah yang menggunakan atribut lelaki dan perempuan. Ini harus dimengerti dalam level allegori dan mistis, mengambilnya begitu saja secara harafiah akan membawa anda ke dalam pengertian paganisme dan politheisme.

Eyn Sof
Taurat mengajarkan kepada kita bahwa TUHAN adalah kekal (Ul 33:27). Dari sini kita memahami bahwa TUHAN adalah tak terhingga atau tak terbatas. Dalam mistisisme Yahudi istilah Eyn Sof digunakan untuk menerangkan TUHAN sebagai yang kekal, tak terhingga dan tak terbatas. Eyn adalah kata Ibrani yang berarti “tidak ada” atau “tanpa”, sementara Sof berarti “akhir, batas, atau definisi”. 

Jadi TUHAN adalah Eyn Sof, TUHAN adalah tidak terdefinisi. Hal ini menciptakan suatu persoalan. Pada saat kita berusaha menerangkan TUHAN, kita terdorong untuk memberikan-Nya suatu definisi sehingga kita berbicara di luar konteks Eyn Sof. Tidak ada satu pun cara bagi manusia untuk menerangkan Eyn Sof, menerangkan TUHAN, apalagi dengan kapasitas daya pikir kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. TUHAN senantiasa tidak dapat ditangkap oleh pemikiran manusia. Sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan untuk itu.

Sefirot
Karena Eyn Sof tidak dapat diterangkan dengan sifat apapun, dalam mistisisme Yahudi keilahian-Nya diterangkan oleh sepuluh Sefirot (yang bercahaya) yang memancar keluar dari Eyn Sof. Sefirot ini mungkin sebaiknya dimengerti sebagai “hakikat” TUHAN. Berikut ini adalah kesepuluh Sefirot itu yang masing-masing diasosiasikan dengan nama-nama TUHAN :
1. Keter (Mahkota) – Ehyeh Asher Ehyeh (Aku Adalah Aku)
2. Chokmah (Hikmat) – Yah
3. Binah (Wawasan) – YHWH Elohim
4. Chesed (Karunia) – El
5. Gevurah (Kekuatan) – Elohim
6. Teferet (Keindahan) – YHWH Adonai
7. Hod (Kemuliaan) – Adonai Tz’vaot (TUHAN Balatentara Sorga)
8. Natzach (Kemegahan) – Elohim Tz’vaot (Elohim Balatentara Sorga)
9. Yesod (Fondasi) – Shaddai/El Chai (Yang Maha Kuasa/Elohim Yang Hidup)
10. Malkut (Kerajaan) – Adonai

Hakikat keilahian yang serupa juga dijelaskan di dalam Tanakh seperti dalam ayat-ayat berikut :
Roh TUHAN akan ada padanya,
roh hikmat dan pengertian (Chokmah),
roh nasihat (Atzah)
dan keperkasaan (Gevurah),
roh pengenalan (Da’at)
dan takut (Yirah) akan TUHAN
(Yesaya 11:2)

Ya TUHAN,
punya-Mulah kebesaran (Gedulah)
dan kejayaan (Gevurah),
kehormatan (Teferet),
kemasyhuran (Natzach)
dan keagungan (Hod),
Ya TUHAN,
punya-Mulah kerajaan (Malkut)
(1 Tawarikh 29:11)

TUHAN meletakkan sebagai dasar (yesod) di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar (yesod) yang teguh. (Yesaya 28:16)

“Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya (chesed)!” (2 Tawarikh 20:21)

Tzachtzachot
Kesepuluh Sefirot yang memancar keluar dari Eyn Sof ini sering disusun dalam gambar yang disebut dengan Pohon Kehidupan. Dalam gambar tersebut Sefirot tersusun dalam tiga kolom yang saling berhubungan. Ketiga kolom tersebut dinamakan “Tiga Pilar Ketuhanan” atau juga dikenal sebagai tiga “Cahaya Ilahi” (Tzachtzachot).

Ketiga “Cahaya Ilahi” ini memancar keluar dari Eyn Sof sejak permulaan dari segala sesuatu, ketiganya tidak berawal dan berakhir, sebab mereka pada hakikatnya adalah sumber dari segala sumber. Disini ditegaskan bahwa ketiganya merupakan satu esensi dan satu sumber yang “terselubung tak terhingga” (me’lam ad le-eyn sof). Masing-masing pilar kemudian dinamakan menurut nama Sefirot paling atas pada tiap pilar.

Bapa/Anak/Ibu
1. Keter (Mahkota)
2. Chokmah (Hikmat)
3. Binah (Wawasan)
4. Chesed (Karunia)
5. Gevurah (Kekuatan)
6. Teferet (Keindahan)
8. Hod (Kemuliaan) 7. Natzach (Kemegahan)
9. Yesod (Fondasi)
10. Malkut (Kerajaan)

Dua pilar di kanan dan di kiri mempunyai atribut Bapa (Abba) dan Ibu (Emma) yang melambangkan aspek lelaki dan perempuan di dalam Eyn Sof. Jadi dalam Kabbalah dikenal adanya konsep Bapa Surgawi dan Ibu Surgawi. 

Konsep tentang TUHAN yang digambarkan sebagai seorang Bapa (Yes 63:16; 64:8; Yer. 31:9; Mal. 1:6) dan seorang Ibu (Yes 66:13) ini juga dapat ditemukan di dalam Al kitab, dimana kita juga diajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar-Nya “lelaki dan perempuan” (Kejadian 1:26-27).

Dalam bahasa Ibrani ungkapan Roh Kudus (Ruach HaKodesh) sendiri secara grammatikal adalah dalam bentuk feminin dan dengan demikian mewakili atribut keibuan dalam Eyn Sof.

Pilar tengah sendiri merupakan keseimbangan antara karakteristik maskulin dan feminin dari masing-masing pilar di sampingnya, dan dijelaskan dalam Zohar sebagai Ben YAH (Anak TUHAN).

“Lebih baik seorang tetangga yang dekat daripada seorang saudara yang jauh. Tetangga ini adalah Pilar Tengah dalam Ketuhanan, yang adalah Ben YAH.” (Ra’aya Mehaimna).

Ketiga pilar/cahaya emanasi ini membentuk sebuah t’lita (triun) seperti yang dijelaskan dalam Zohar :

Maka YHWH; ELOHEYNU; YHWH adalah satu kesatuan, tiga substantif yang satu, dan ini dinyatakan melalui suara dari orang yang membaca perkataan, “Dengarlah, hai Israel”, dengan demikian tercapai pemahaman keesaan yang sempurna terhadap EYN SOF (yang tak terhingga); karena ketiganya dibaca dengan satu suara, hal ini menunjukkan sebuah triun [t’lita]. (Zohar Vol.2 p.43)

Kaum Yahudi Qabalis, sebagaimana ajaran Samir, secara terang-terangan menyatakan permusuhan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta alam semesta. Menurut iman mereka, Iblis atau Lucifer, telah diperlakukan secara tidak adil dan ia adalah satu-satunya tuhan yang berhak disembah.

Iblis adalah tuhan mereka. Iblis atau khususnya Setan, dalam bahasa-bahasa Semit (termasuk bahasa Arab) berarti pemberontak, pembangkang, yakni memberontak dan membangkang kepada Allah. Karena itu kaum Qabalis tidak menyebutnya dengan nama Iblis.

Mereka menyebutnya dengan nama Lucifer, yang berarti pembawa sinar cahaya. Penggunaan kata Iblis dianggap sebagai penghujatan kepada tuhan mereka. Kata Lucifer berarti cahaya, terang, pencerahan dan sebagainya.

Menurut ajaran Qabala manusia tidak butuh akan Allah, bahkan menurut mereka manusia bias menjadi manusia suci yang setara dengan tuhan. Mereka menyebut paham ini dengan istilah humanisme, bahwa manusia berdaulat untuk mengatur hidupnya sendiri di dunia.

Kaum Qabalis menyebarkan paham ini kepada kaum non-Qabalis untuk menghancurkan keimanan manusia kepada Allah. Dari sini, mulai nampak keterkaitan erat antara Majusi, Syiah dan Yahudi.

Baphomet adalah satu dari puja-pujaan kaum Kabalis yang mewakili syaitan. Makhluk ini berkepala kambing bertanduk atau dikenal dengan kambing “Mendes”, lambang kuno untuk syaitan. 

Penampilannya melambangkan kekuatan-kekuatan hitam disatukan dengan kemampuan beranak-pinak seperti halnya kambing. Di dahi, diantara dua tanduk dibawah jamung, adalah lambang pentagram. Bahagian bawah badannya diselubungi kain hitam melambangkan kerahsiaan. Baphomet digambarkan sebagai makhluk hermaphrodit dengan mempunyai buah dada lambang kewanitaan dan phallus lambang kelelakian. Dua ular melingkar di phallus yang berdiri. Ular juga merupakan simbol dari syaitan. Sayap melambangkan kemampuan Lucifer untuk Terbang.


Kepercayaan Qabala – Aliran Zoroaster di Parsi
Zoroasterisme adalah salah satu cabang dari kepercayaan Qabala yang menyebar ke Parsi dengan amalan keagamaannya lebih menekankan pada sihir bersamaan dengan penyembahan kepada Iblis. Para pcmimpin agama Zoroaster disebut dengan nama ‘magi’, ritual agamanya disebut ‘magus’, dan dari kata inilah kemudian menjadi kata ‘magis’, dan al-Hadith menyebut Zoroasterisme dengan nama Majusi. Ritual para ‘magi’ bertujuan untuk menyempumakan seni sihir okultisme dan ilmu tenung, tuju-tuju, dan ‘guna-guna’ dengan melalui bantuan jin dan roh-roh halus. 

Cabang kepercayaan Qabala juga berkembang ke Mesir Kuno di masa Fir’aun. Ilmu astrologi (peramalan nasib yang dikaitkan dengan posisi bintang-bintang tertentu – zodiak), numerologi (peramalan berdasarkan angka-angka yang dikaitkan dengan huruf), berkembang di Sumeria, kemudian ke Mesir, ke Babilonia, dan ke Persia, yang dihubungkan dengan penyembahan roh-roh halus.

Ajaran Qabala di Persia tertulis di dalam kitab suci mereka yang dinamakan ‘Avesta’. Di dalam ‘Avesta’ Lucifer disebut dalam bahasa Parsi Kuno dengan nama ‘Ahuramazda’ atau ‘Ormuzd’, yaitu sang “pembawa cahaya”. Untuk menghormati ‘Ormuzd’, atau Lucifer, kaum Qabalis Zoroaster menyembah api dan matahari sebagai lambang Lucifer. 

Kepercayaan Qabala Zoroaster bertahan hidup selama lebih dari seribu tahun sampai Parsi ditaklukkan oleh Islam pada tahun 651 Masehi. Meskipun demikian agama ini masih dianut secara sembunyi-sembunyi oleh sebagian kecil pemeluknya di Iran sampai dengan sekarang ini. 



Posting Komentar

0 Komentar