Motif Zionis Menghancurkan Gaza

Sampai kapan Israel akan melakukan serangan militer ke Gaza?
Nampaknya masih akan lama.
Mengapa masih lama?

Karena saat ini Israel berada dalam sikon menguntungkan untuk menghancurkan Gaza tanpa gangguan dan tekanan berarti.
Mengapa menguntungkan?

Karena negara-negara sekitar Palestina dalam rezim dan kebijakan politik mengisolasi kekuatan-kekuatan perlawanan, khususnya Hamas. Mesir dibawah Jenderal Sisi melihat Hamas sebagai ancaman besar karena keterkaitannya dengan Ikhwanul Muslimin. Maka gerbang Rafah diblokir Mesir. Hancurnya kekuatan Hamas di Gaza akan melemahkan gerakan perlawanan politik Ikhwanul Muslimin di Mesir. Oleh karena itu Jenderal Sisi menutup mata atas bencana di Gaza. Bahkan pemerintah Mesir pernah memulangkan pesawat Tunisia yang membawa bantuan obat-obatan untuk misi kemanusiaan di Gaza. Jadi sulit berharap pemerintah Mesir akan membuka gerbang perbatasan Rafah sebagai akses ke Gaza, karena khawatir menjadi akses suplai persenjataan Gaza.

Begitupun dengan Suriah. Selain sibuk menghadapi konflik domestik, rezim Assad melihat muslim Sunni di Suriah lebih dekat dengan Palestina. Khalid Mishal, tokoh politik Hamas yang semula bermukim di Damaskus harus menyingkir. Ini tanda buruknya hubungan rezim Assad dengan Hamas. Bagaimana dengan Iran dan Libanon? Harus diakui sentimen Sunni-Syiah memanas dipicu konflik Suriah dan Irak. Ini mempengaruhi sikap terhadap isu Gaza. Hizbullah di Libanon pernah melakukan serangan roket ke Tel Aviv. Dengan memanasnya isu Sunni-Syiah, sulit Hizbullah bereaksi keras soal Gaza.

Iran bahkan bersitegang dengan Turki dalam isu Suriah. Ketika Turki bereaksi keras terhadap Israel, maka Iran akan menjaga jarak dalam isu Gaza. Bagaimana dengan Yordan? Ibukota Amman berbatasan dengan Tepi Barat dan tidak ada akses darat ke Gaza. Problem ekonomi menjadi kendala Yordan bersikap politik soal Gaza. Selain itu Yordan sudah lama mengisolasi Hamas ketika di masa Raja Abdullah pernah berjalin mesra. Rezim sekarang tidak bersahabat dengan Hamas di Gaza. Lalu bagaimana dengan Saudi? Kita ingat Saudi diam-diam merestui kudeta militer di Mesir yang menumbangkan Mursi. Kecemasan terhadap pengaruh Ikhwanul Muslimin menjadi motif. Jadi, negara-negara utama di Timur Tengah saat ini dalam posisi tidak nyaman terhadap isu Palestina, karena sentimen Sunni-Syiah dan sentimen Hamas. Sentimen Sunni-Syiah lebih pada nuansa politik rezim. Bukan soal aliran atau paham keagamaan. Pihak luar selalu meng-eksploitasi hal ini. Sentimen terhadap Hamas lebih pada nuansa gerakan politiknya. Bukan aliran atau paham keagamaan. Apalagi Hamas selalu dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin.

Bagaimana dengan Mahmud Abbas di Ramallah? Nyaris tidak terdengar atau terlihat reaksi keras dari mereka. Meski kemarahan di bawah kuat. Mengiringi agenda rekonsiliasi nasional di Palestina, agar segera digelar Pemilu. Fatah berkompetisi dengan Hamas di pemilu. Pastinya dalam Pemilu yang akan datang, Fatah ingin memenangkan kompetisi. Melemahnya kekuatan Hamas menjadi “berkah” buat mereka. Disepakatinya rekonsiliasi nasional di Palestina dipandang sebagai ancaman besar oleh Israel. Ini menjadi motif utama serangan militer ke Gaza. Jadi, Israel berhajat besar menghancurkan kekuatan Hamas di Gaza, saat negara-negara Timteng dalam posisi tidak jelas dan diam terhadap Hamas di Gaza.

Apa target serangan militer Israel di Gaza?
Membunuh aktivis Hamas sebanyak-banyaknya dan menghancurkan kekuatan militernya.
Kenapa diperlukan serangan total dan bumi hangus?
Karena Israel juga ingin menghancurkan dukungan masyarakat Gaza terhadap Hamas, agar pemilu kalah. Kehancuran infrastruktur, blokade ekonomi, tingginya kematian warga diharapkan melenyapkan dukungan terhadap Hamas di Gaza.
Lalu kekuatan apa yang bisa beraksi selamatkan Gaza?
Turki bereaksi keras. Tapi mereka akan pemilu dan ada soal dengan Suriah.
PBB? Kita sudah beberapa kali mendengar pidato Ban Ki Moon. Terlalu lama untuk menunggu mereka. Penampungan pengungsi PBB pun di-roket Israel.
OKI dan Liga Arab? Semoga saja mereka masih bisa berkumpul dan bersepakat, setidaknya membantu misi kemanusiaan di Gaza. Lalu OKI dan Liga Arab memaksa Mesir membuka gerbang Rafah untuk arus masuknya bantuan kemanusiaan dengan seleksi dan kontrol ketat militer Mesir.
Itulah situasi yang membuat Israel leluasa membombardir Gaza sebulan lebih dari darat, laut dan udara. Mereka tak akan stop!

Ini adalah serangan terbesar dan terlama dalam sejarah Gaza setelah dibelah dari Tepi Barat. Digempur habis-habisan dalam isolasi total.

Israel juga merasa aman karena Gaza jauh dari kawasan Masjidil Aqsha, sehingga mereka bisa meminimalkan sentimen umat Islam dunia. Namun Israel lupa bahwa penduduk Gaza adalah bangsa Palestina dan bagian utuh dari tanah Palestina yang diberkahi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jika Anda berkunjung ke Gaza dan berbicara dengan penduduknya, maka Anda akan meyakini bahwa mereka adalah warga pejuang yang cinta Palestina. Obsesi para ibu Gaza adalah melahirkan anak laki-laki yang banyak. Menjadi pejuang kemerdekaan hingga Palestina merdeka atau mereka syahid. Anak-anak bila ditanya akan tegas berkata akan menjadi seperti ayahnya dan kakaknya yang menjadi pejuang kemerdekaan atau syahid.

Gaza wilayah miskin, tetapi tidak ada seorangpun yang mati kelaparan, karena mereka hidup saling berbagi. Rizki yang diberkahi Tuhan. Tiap bangunan runtuh akibat bom-bom Israel, warga Palestina di luar negeri segera menyalurkan dana mereka untuk membangun kembali. Mereka tidak lemah karena pengajaran Quran menjadi ilmu yang hidup dalam diri mereka. Mereka merasa mulia dengan keimanannya meski menderita.

Gaza saat ini seperti layar lebar dengan tayangan drama kemanusiaannya. Sementara di hadapannya hanya barisan dan sekumpulan penonton bisu. Ada yang marah, sedih, teriak, berdoa di depan layar itu. Tapi ada pula yg bersorak gembira dan sesekali mengumpat korban. Kadang ada juga yang nyinyir melihat penonton yang berdoa atau sedih menyaksikan drama kemanusiaan itu. Atau mungkin drama ini akan dibuat panjang hingga semua penonton letih dan jenuh. Lalu beralih kepada urusan dirinya masing-masing.

Firman Allah: “Mereka tak akan henti memerangi kalian hingga kalian keluar dari jalan agama kalian…”
Firman Allah: “Dan orang-orang Yahudi akan membuat kerusakan besar untuk kali kedua – di tanah Palestina..”
Tetapi saya ingin menyampaikan bahwa keliru besar simplifikasi isu Gaza atau Palestina hanya dengan eksistensi Hamas. Karena Hamas hanya salah satu unsur perjuangan rakyat Palestina untuk memerdekakan Al-Aqsha dan bumi Palestina. Hamas lahir sebagai reaksi atas kebuntuan dan kegagalan perjuangan diplomasi yang dirintis Fatah sejak Yasser Arafat menerima negosiasi damai. Selain Fatah dan Hamas, ada beberapa kelompok perjuangan di Palestina termasuk warga Palestina di pengasingan. Tujuan mereka sama. Tetapi Hamas mengambil jalan perjuangan bersenjata untuk melengkapi perjuangan diplomasi yang dilakukan Fatah. Ini dua faksi utama perjuangan.
Agenda rekonsiliasi nasional seluruh kelompok perjuangan menjadi tangga penting untuk konsolidasi kekuatan. Abbas dan Haniyya setuju.

Tetapi bersatunya rakyat Palestina tidaklah cukup. Perlu kekuatan negara-negara Arab dan bahkan umat muslim sedunia untuk memerdekakan Palestina. Itulah kenapa para ulama dunia menyepakati bahwa isu Palestina adalah masalah dan agenda umat Islam di seluruh dunia. Jadi semua negara muslim, semua aliran -apakah Sunni dan Syiah- dan semua warga muslim mempunyai tanggungjawab terhadap Palestina. Lebih luas lagi, Palestina adalah tanah suci umat Islam dan umat Kristen, karena disana ada Bait Al-lahm (Bethlehem).

Akar Konflik Agama dan Politik di Palestina

Akar konflik agama dan politik di Palestina adalah antara Yahudi dengan Muslim-Kristen. Tidak ada konflik Muslim vs Kristen di Palestina. Dukungan barat Kristen terhadap Israel lebih karena hegemoni kekuatan ekonomi dan politik bangsa Yahudi terhadap sejumlah negara Eropa dan Amerika. Kisah genosida Yahudi oleh Jerman sesungguhnya manifestasi kemarahan Hitler atas hegemoni itu. Sekarang Jerman nyaris tersandera Yahudi.

Perjanjian Lord Balfour paska PD II adalah buah dari kekuatan hegemonik Yahudi terhadap Eropa dan Amerika. Skenario panjang Yahudi. Perjanjian Balfour menyerahkan tanah Palestina untuk berdirinya negara zionis Israel dengan mengusir semua penduduknya. Sampai sekarang.
Paska PD II, negara-negara Arab terkotak-kotak dengan susupan paham nasionalisme. Muncul negara-negara kecil baru. Tapi semangat kemerdekaan negara-negara di kawasan Asia-Afrika menyulut dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. Sampai seorang Soekarno lantang menyerukan dukungan kemerdekaan Palestina dan menyebut penjajahan Israel sebagai bab terakhir.

Kenapa Hamas dijadikan fokus isu oleh Israel?

Pertama, karena ia gerakan berbasis keagamaan, tidak sebatas politik. Jadi sangat ideologis.
Kedua, karena Hamas melakukan perjuangan bersenjata. Sesuatu yang sangat tidak dikehendaki Israel.
Ketiga, karena Hamas mempunyai link dengan Ikhwanul Muslimin sebagai gerakan dakwah Islam berskala internasional.
Keempat, dengan ketiga hal sebelumnya, Hamas diyakini Israel mampu memobilisasi dukungan umat Islam dunia terhadap perjuangan Palestina.
Kelima, perjuangan bersenjata Hamas dinilai Israel bisa memicu konflik militer Israel dengan negara-negara Arab tetangganya.

Kenapa?

Karena negara-negara Arab tetangga Israel mempunyai masalah dengan batas wilayah yang pernah dicaplok Israel dalam Perang Arab. Itu sebabnya Israel sangat tidak senang jika kekuatan Ikhwanul Muslimin menguasai pemerintahan di negara-negara Arab tetangganya. Karena hal itu akan membuka pintu bagi dukungan militer negara-negara Arab tetangga Israel kepada perjuangan kemerdekaan Palestina. Maka kita bisa mengerti kenapa kawasan Timur Tengah tidak pernah sepi dari konflik domestik dan konflik antar negara tetangga. Isu sentimen Sunni-Syiah, penguasaan ladang minyak dan gas, batas wilayah dan etnis minoritas dieksploitasi untuk menjaga konflik Timur Tengah. Yang spesifik juga dikelola adalah isu gerakan Islam fundamentalis yang dimotori Ikhwanul Muslimin – yang sekarang dilabelkan gerakan terorisme. Jadi dalam isu Palestina, sungguh Israel berhasil melakukan simplikasi dan lokalisir persoalan kepada Terorisme Hamas, khsususnya di Gaza.

Apa keuntungan Israel jika bisa menghancurkan Hamas dan Gaza?

Hmm… Mari kita jalan-jalan ke Tepi Barat.
Pertama kita lihat peta Palestina, Israel dan negara arab sekitarnya.


Israel telah membelah wilayah Palestina terpisah antara Tepi Barat dan Gaza.



Di Tepi Barat bercampur antara pemukiman warga Palestina dan warga Yahudi, tetapi mereka disekat tembok-tembok tinggi.

Pembangunan tembok batas tinggi mengikuti pendirian pemukiman baru warga Yahudi.

Pemukiman baru warga Yahudi dengan merampas tanah dan mengusir penduduk warga Palestina.

Semua enclave pemukiman Yahudi dikelilingi tembok tinggi dan dijaga pos-pos militer dan akses dikontrol ketat.

Tembok yang membelah pemukiman dan jalan akses warga Palestina tidak mudah dimasuki tiap orang. Di sisi warga Yahudi, tembok itu dianggap benteng pengaman. Namun bagi warga Palestina menjadi media perlawanan.

Kerap warga Palestina yang memasuki kawasan Yahudi diintimidasi secara fisik, baik oleh militer maupun warga sipil. Sementara warga Palestina yang dirampas tanahnya harus tinggal di tenda pengungsian.
Penggusuran pemukiman warga Palestina terus berlangsung sampai sekarang.

Dan warga Palestina hanya bisa menyaksikan tanahnya dibangun pemukiman baru Yahudi dari balik tembok tinggi.


Otoritas Palestina sejatinya adalah kantor tanpa kekuasaan yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas. Di Tepi Barat, Pemerintah Otoritas Palestina tidak mengelola imigrasi, instalasi strategis, militer bahkan air sekalipun.



Bahkan Presiden Mahmoud Abbas jika ingin keluar dari Palestina harus ada izin dari pemerintah Tel Aviv. Bahkan komplek masjid Al-Aqsha pun dibawah kontrol militer Israel. Kerap militer Israel menyerbu masjid Al-Aqsha dengan dalih menangkapi teroris Fatah maupun Hamas.


Warga Yahudi pun terus membayangi masjid Al-Aqsha untuk ambisi mengembalikan Haikal Sulaeman di atas reruntuhannya.



Haikal Sulaiman diyakini sebagai tempat suci kaum Yahudi yang ada di atas komplek Masjid Al-Aqsha. 


Zionisme Yahudi terus melakukan pembongkaran komplek masjid Al-Aqsha meski mendapat perlawanan dari warga Palestina. Ini salah satu contoh terowongan di bawah komplek masjid Al-Aqsha.

Alhamdulillah saya mendapat kesempatan berkunjung ke Palestina, baik ke Tepi Barat maupun ke Gaza. Jadi bisa melihat nyata.

Nah … sejatinya wilayah Tepi Barat telah dikuasai penuh oleh Israel. Penderitaan warga Palestina di sana tidak kunjung usai. Target zionisme Israel adalah menguasai seluruh kawasan Tepi Barat, membangun pemukiman Yahudi dan mengusir warga Palestina. Sementara pemerintahan Mahmoud Abbas tetap berjuang melalui jalur diplomasi yang tak pernah digubris Israel.

Warga Kristen dan gereja-gereja di wilayah Bethlehem memang dibiarkan Israel. Tapi mereka sama-sama menderita. Warga Kristen Palestina ikut menentang Israel karena kebebasan mereka dibatasi. Sementara di Gaza, meski daerah miskin tapi tidak ada pemukiman Yahudi berdiri di sana.

PM Ismail Haniyya memiliki otoritas lebih besar dalam mengelola wilayah Gaza. Meski berkantor di rumah kediaman, Ismail Haniyya menjalankan administrasi pemerintahan penuh. Pemerintahan Haniyya juga mengelola keamanan dan militernya sendiri di Gaza. Mereka juga mempunyai pantai dan pelabuhan, meski nelayan Gaza dibatasi melaut hanya 1 mil. Jadi sederhananya, Israel secara de facto dan de jure menguasai Tepi Barat. Gaza tidak dikuasai oleh Israel.

Israel menilai Gaza sebagai benteng terakhir Palestina yang harus segera dihancurkan. Dan itu dengan melumpuhkan Hamas. Dengan lumpuhnya Hamas, maka Gaza dikuasai Israel. Agenda rekonsiliasi nasional buntu. Pemilu dimenangkan Fatah. Tinggallah Israel menuntaskan agenda zionisnya di Tepi Barat, yang de jure dan de facto sudah dikuasai. Andai Zionis Israel sudah menguasai penuh Palestina, apa skenario lanjutan mereka?

The Philosophy of Zionism yang disusun Theodore Herzl dkk menggariskan proyek besar Zionisme itu. Zionisme Israel telah membangun kekuatan pendukung utama dengan politik, militer dan uangnya. Anda kenal gambar ini?

Agenda zionisme Israel setelah menguasai Palestina adalah mewujudkan the Temple of Solomon (Haikal Sulaiman). Berikutnya melakukan ekspansi wilayah untuk mewujudkan Imperium Israel Raya. Lihat peta ini.
Wilayah Imperium Israel Raya meliputi Palestina, Yordania, Libanon, Suriah, sebagian Irak, Mesir dan Saudi.

Inilah wilayah yang diyakini kaum Yahudi sebagai cakupan kekuasaan Kerajaan Nabi Sulaiman (The Kingdom of Solomon). Nah … jika sudah masuk wilayah teologis dari paham Zionisme Israel, kita harus membedah sejarah para Nabi dan Raja-Raja.
Kaum Zionis Yahudi punya versi sendiri tentang silsilah Nabi dan Raja mereka yang ingin dikembalikan kejayaannya. [Lampiran 1].
Kaum Nasrani – dalam The Old Testament – juga mempunyai versi sendiri tentang silsilah Nabi dan Raja mereka. [Lampiran 2].
Umat Islam juga menuliskan silsilah para Nabi yang sebagiannya menjadi Raja. Juga tersambung ke Nabi Sulaiman. [Lampiran 3]. Nabi Ibrahim –> Ishaq –> Yaqub –> Yahuda –> Daud –> Sulaiman. Ini garis silsilahnya. [Lampiran 4].
Sementara Nabi Muhammad adalah keturunan dari Nabi Ibrahim, lalu putranya Nabi Ismail berlanjut ke nasab 60, Abdullah -ayahnya. Sejarah mencatat jarak antara Nabi Ismail dengan Nabi Muhammad yang disela 60 nasab itu 2500 tahun. [Lampiran 5].
Sementara Nabi Isa adalah keturunan ke-5 dari Nabi Sulaiman. Orang Yahudi menganggap Nasrani keturunan bawah mereka. [Lampiran 6].



Apa keterkaitan Nabi Sulaiman, Nabi Isa dan Nabi Muhammad dengan tanah Palestina?

Di Palestina ada Haikal Sulaiman yang dibangun oleh Nabi Sulaiman, salah satu nabi orang Yahudi.
Di Palestina ada Bethlehem, tempat kelahiran Nabi Isa, sebagai nabi kaum Nasrani.
Di Palestina ada Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam sebelum dialihkan Allah ke Ka’bah Baitullah.

Palestina adalah tanah suci para Nabi. Sejarah Nabi Yusuf menjelaskan penolakan kaum Yahudi saat diajak Nabi Musa masuk Palestina setelah eksodus dari Mesir.
Jadi, masalah Palestina mempunyai ragam dimensi. Zionisme Yahudi telah mendistorsi sejarah sedemikian rupa hingga mereka meng-klaim sepihak. Pahami validitas klaim Yahudi terhadap Sulaiman dan Palestina dengan membedah sejarah. Bukan dengan mitos ala Zionisme.

Selesai dulu ya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat saya bisa kembali ke Palestina. Terima kasih berkenan menyimak. Love for Palestine.
http://www.knrp.org/
(Oleh : Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si (lahir di Jakarta, 25 September 1966) adalah anggota DPR RI periode 2009-2014 dari Fraksi PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Di DPR RI, beliau ditunjuk menjadi Ketua Komisi I, Pimpinan Pansus Bank Century dan pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PKS DPR-RI, kini sebagai Wakil Sekjen PKS. Beliau juga Direktur Yayasan Iqra, Bekasi).



Posting Komentar

0 Komentar