Oleh : Hartono Ahmad Jaiz
Resensi Akhir Zaman - Inklusivisme itu adalah faham yang berbahaya bagi Islam. Apa itu inklusivisme? Berikut ini penjelasan dari pihak mereka sendiri:
Yang dikembangkan dalam Islam Liberal adalah inklusivisme dan pluralisme.
Inklusivisme
 itu menegaskan, kebenaran setiap agama harus terbuka. Perasaan soliter*
 sebagai penghuni tunggal pulau kebenaran cukup dihindari oleh faksi 
inklusif ini. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan ada kebenaran pada 
agama lain yang tidak kita anut, dan sebaliknya terdapat  kekeliruan 
pada agama yang kita anut. Tapi, paradigma ini tetap tidak kedap kritik.
 Oleh paradigma pluralis, ia dianggap membaca agama lain dengan kacamata
 agamanya sendiri.
Sedang paradigma plural (pluralisme) :
 Setiap agama adalah jalan keselamatan. Perbedaan agama satu dengan yang
 lain, hanyalah masalah teknis, tidak prinsipil. Pandangan Plural ini 
tidak hanya berhenti pada sikap terbuka, melainkan juga sikap 
paralelisme. Yaitu sikap yang memandang semua agama sebagai jalan-jalan 
yang sejajar. Dengan itu, klaim kristianitas bahwa ia adalah 
satu-satunya jalan (paradigma eksklusif)
 atau yang melengkapi jalan yang lain (paradigma inklusif) harus ditolak
 demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis (Rahman: 1996). Dari 
Islam yang tercatat sebagai tokoh pluralis adalah Gus Dur, Fazlurrahman 
(guru Nurcholish Madjid, Syafi’I Ma’arif dll di Chicago Amerika, pen), 
Masdar F Mas’udi, dan Djohan Effendi. (Abdul Moqsith Ghazali, Mahasiswa 
Pascasarjana IAIN Jakarta, Media Indonesia, Jum’at 26 Mei 2000, hal 8). (Lihat Hartono Ahmad Jaiz, Tasawuf, Pluralisme dan Pemurtadan, Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, cetakan pertama, 2001, hal 116-117).
Inklusivisme itu menganggap ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, dan sebaliknya terdapat  kekeliruan pada agama yang kita anut.
 Itu jelas meragukan benarnya Islam, maka di situlah rusaknya keislaman 
seseorang ketika sudah meragukan benarnya Islam; berarti dia telah 
keluar dari Islam alias murtad.
Bagaimana bisa terjadi, MUI Bali kok 
pernah mengundang orang (yakni Eep Sefulloh Fatah) untuk diangsu 
(diambil) ilmunya, padahal anjuran darinya justru mengandung masalah 
yang sangat berbahaya bagi Islam.
Ada ungkapan-ungkapan Eep yang berbahaya di antaranya:
1.    MUI yang telah berfatwa Juli 2005 tentang haramnya faham sepilis (sekulerisme, pluralisme agama alias menyamakan semua
agama, dan liberalisme) –yang di antara dedengkotnya adalah Ulil— malah Eep menyarankan agar MUI menghormati Ulil. Ini sama dengan membiarkan MUI pusat mengeluarkan fatwanya, namun Eep cukup menggerilya MUI daerah seperti yang ia lakukan terhadap MUI Bali itu.
agama, dan liberalisme) –yang di antara dedengkotnya adalah Ulil— malah Eep menyarankan agar MUI menghormati Ulil. Ini sama dengan membiarkan MUI pusat mengeluarkan fatwanya, namun Eep cukup menggerilya MUI daerah seperti yang ia lakukan terhadap MUI Bali itu.
2.  Eep menganjurkan bersikap inklusif, 
dengan menagatakan: “Jadi menurut saya yang terpenting adalah bersikap 
inklusif dengan ketegasan tertentu yang kita yakini, jangan bersikap eksklusif dengan ketegasan yang kita yakini.” Perkataannya itu
berbahaya, karena inklusivisme itu adalah faham yang berbahaya bagi Islam.
berbahaya, karena inklusivisme itu adalah faham yang berbahaya bagi Islam.
*so·li·ter /solitér/ a secara menyendiri atau sepasang-sepasang, tidak secara kelompok (tt pola hidup organisme di alam) (KBBI)
***
Inti faham inklusivisme: tidak menutup 
kemungkinan ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, dan 
sebaliknya terdapat  kekeliruan pada agama yang kita anut.
Bagi Islam, faham itu adalah faham kufur 
alias ingkar terhadap Islam, pelakunya disebut kafir. Karena telah 
mengingkari mutlak benarnya Islam yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” [QS. Al-Baqarah:2]
Lebih dari itu, ketika inklusivisme 
meningkat jadi faham pluralism agama maka jelas sangat bertentangan 
dengan Islam. Karena menurut faham pluralisme agama, klaim bahwa ia 
(suatu agama, bagi muslim ya Islam) adalah satu-satunya jalan (paradigma
 eksklusif) atau yang melengkapi jalan yang lain (paradigma inklusif) harus ditolak demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis.
Penolakan (terhadap aqidah Islam yang 
menegaskan Islam adalah satu-satunya jalan yang benar) itu sama dengan 
menolak Islam. Karena dalam Islam telah jelas :
{وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85]
“Barangsiapa mencari agama selain 
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) 
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [QS. Ali ‘Imran/3 : 85]
Menolak Islam itu sendiri adalah kufur, 
orangnya disebut kafir. Nasib orang kafir telah dijelaskan, kekal di 
neraka Jahannam selama-lamanya.
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ } [البينة: 6]
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir 
yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka 
Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk 
makhluk.” [QS. Al-Bayyinah/ 98 : 6]
Jadi faham inklusivisme dan pluralisme 
agama itu adalah faham kufur yang sangat berbahaya bagi Islam. 
Menjadikan keyakinan Tauhid diganti dengan kekufuran. Bahkan masih 
ditingkatkan lagi dengan faham yang mereka sebut multikulturalisme, yang
 itu sama dengan pluralism agama, hanya saja semua kultur dianggap 
sejajar, parallel, dan tidak boleh ada yang mengklaim bahwa hanya 
kulturnya sendiri saja yang benar. Ketika demikian maka dianggap sumber 
konflik. Padahal, agama (Islam) hanya dianggap sebagai sub kultur, 
bagian dari kultur atau bagian dari budaya. Sehingga ketika Islam 
jelas-jelas ajarannya mengklaim sebagai satu-satunya yang benar (mereka 
sebut eksklusivisme itu tadi) maka dianggapnya sumber konflik, maka 
dianggap sebagai musuh bersama. Itulah jahatnya faham multikulturalisme
- Kata multikulturalisme ini digunakan kelompok liberal sebagai usaha untuk tetap menyesatkan umat Islam yang mulai mengerti sesatnya pluralism dan pernah difatwakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dan faham pluralism agama itu ditolak ormas-ormas Islam.
- Celakanya multikulturalisme ini sudah masuk ke kurikulum pendidikan agama Islam dari SD, SMP hingga SMA.
Yang cukup mencengangkan, pihak 
Kementerian Agama (Kemenag) sendiri justru sudah menerbitkan buku 
mengenai multikulturalisme ini. Salah satu judul buku Kemenag ini adalah“Panduan Integrasi Nilai Multikultur Dalam Pendidikan Agama Islam Pada SMA dan SMK.” (lihat Multikulturalisme Sama Bahayanya dengan Pluralisme http://www.nahimunkar.com/multikulturalisme-sama-bahayanya-dengan-pluralisme/)
Apa bahayanya ?
Bahayanya, tiga faham tersebut 
(inklusivisme, pluralisme agama, dan multikulturalisme) itu adalah semua
 menolak Islam yang menegaskan hanya Islam lah yang benar, yang diterima
 oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yang pemeluknya yang beriman dan 
beramal shalih ikhlas untuk Allah maka dijanjikan surga oleh Allah 
Ta’ala. Penolakan itu adalah kekafiran. Bahkan kemusyrikan. Karena dalam
 riwayatnya, orang Majusi yang menolak haramnya bangkai lalu dibisikkan 
kepada kafir Quraisy agar membantah Islam tentang itu, kemudian dijawab 
oleh Allah Ta’ala :
{وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ} [الأنعام: 121]
..dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. [QS. Al-An’am : 121]
Ketika yang dibantah itu hanya satu 
bagian dari hukum Islam yakni haramnya bangkai saja ternyata bila 
diikuti maka menjadi orang-orang musyrik ; apalagi kalau yang dibantah 
itu seluruh Islam, disamakan dengan agama lain, maka jelas-jelas lebih 
nyata jadi orang musyrik. Dan itulah yang dilakukan oleh faham 
inklusivisame, pluralisme agama, dan multikulturalisme. Jadi tidak lain 
hanyalah kemusyrikan baru yang sangat dahsyat, namun karena istilahnya 
bukan dari Islam, maka Umat Islam banyak yang tidak tahu dan tidak 
menyadari bahwa inklusivisme, pluralisme agama, dan mukltikulturalisme 
itu adalah kemusyrikan baru..
Ketika yang dikembangkan di pendidikan 
tinggi Islam se-Indonesia, bahkan kini ementerian Agama telah membuat 
panduan buku mutikulturalisme dalam apa yang disebut “Panduan Integrasi Nilai Multikultur Dalam Pendidikan Agama Islam Pada SMA dan SMK.”
 Maka sebenarnya yang dilakukan oleh Kementerian Agama dan juga 
perguruan tinggi Islam se-Indonesia adalah pemusyrikan. Maka benarlah 
buku Hartono Ahmad Jaiz berjudul Ada Pemurtadan di IAIN. 
Maksudnya adalah di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. 
Bahkan kini Kementerian Agama sudah menggarap sampai tingkat SMA dan 
SMK. Sehingga, namanya pendidikan (Islam) namun sejatinya pemusyrikan. 
Maka tidak mengherankan, di antara tokohnya seperti Azyumardi Azra yang 
kini jadi Kepala Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta telah bangga dengan 
biografinya yang jelas-jelas menuturkan pembelaannya terhadap agama 
musuh Islam yakni Ahmadiyah. (lihat Azra “Jawara” Pembela Ahmadiyah Agama Nabi Palsu http://www.nahimunkar.com/azra-jawara-pembela-ahmadiyah-agama-nabi-palsu/ )
Betapa memprihatinkannya.
Kenapa?
Karena pemusyrikan baru yang dilancarkan 
di dalam pendidikan Islam di Indonesia dengan nama inklusivisme, 
pluralism agama, dan multikulturalisme itu menurut Al-Qur’an adalah 
lebih dahsyat bahayanya dibanding pembunuhan fisik. Karena kalau 
seseorang itu yang dibunuh badannya, sedang hatinya masih beriman 
(bertauhid), maka insya Allah masuk surga. Tetapi kalau yang dibunuh itu
 imannya, dari Tauhid diganti dengan kemusyrikan baru yakni inklusivisme
 ataupun pluralism agama, ataupun multikulturalisme, maka masuk kubur 
sudah kosong iman tauhidnya berganti dengan kemusyrikan; maka masuk 
neraka. Hingga ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/191]
dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. [QS. Al-Baqarah: 191]
وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/217]
Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. [QS. Al-Baqarah: 217]
Arti fitnah dalam ayat ini adalah 
pemusyrikan, yaitu mengembalikan orang mu’min kepada kemusyrikan. Itu 
dijelaskan oleh Imam At-Thabari dalam tafsirnya:
عن مجاهد في قول الله:”والفتنة أشدُّ من القتل” قال: ارتداد المؤمن إلى الوَثن أشدُّ عليه من القتل. –تفسير الطبري – (ج 3 / ص 565)
Dari Mujahid mengenai firman Allah وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ia berkata: mengembalikan (memurtadkan) orang mu’min kepada berhala itu lebih besar bahayanya atasnya daripada pembunuhan. [Tafsir At-Thabari juz 3 halaman 565]
Itulah betapa dahsyatnya pemusyrikan yang
 kini justru digalakkan secara intensip dan sistematis di perguruan 
tinggi Islam se-Indonesia, bahkan sudah dilancarkan pula ke 
sekolah-sekolah.
Relakah generasi Muslim yang menjadi 
mayoritas penduduk Indonesia bahkan merupakan penduduk yang jumlah 
Muslimnya terbesar di dunia ini dibunuhi imannya secara sistematis 
dijadikan pelaku-pelaku kemusyrikan baru dengan sebutan inklusivismer, 
pluralism agama, dan multikulturalisme itu?
Relakah generasi dan anak-anak Muslim se-Indonesia ini dijerumuskan oleh para pembawa ajaran kemusyrikan baru itu?
Dan relakah negeri ini menyedot uang dari
 rakyat (ingat, 70 persen penghasilan Negara adalah dari pajak, dan itu 
tentu disedot dari penduduk) yang mayoritas Muslim namun justru untuk 
membiayai perusakan iman Umat Islam diganti dengan kemusyrikan baru yang
 akan menjerumuskan ke neraka kekal selama-lamanya?
Relakah wahai saudara-saudara?
[Sumber]


 
 
 
0 Komentar