Kontroversial Israel Tanah Yang Dijanjikan

THE TEMPLE OF SOLOMON
Bait Suci Yahudi di puncak Gunung Moriah

LOKASI KONTROVERSIAL

Pada hari Rabu tanggal 7 Juni 1967, beberapa saat setelah tengah hari, tentara Israel mengambil alih kontrol atas seluruh kota Yerusalem untuk pertama kalinya dalam dua ribu tahun. Menteri Pertahanan Israel waktu itu, Moshe Dayan, adalah salah seorang yang menginjakkan kaki untuk pertama kalinya untuk berdoa di Tembok Barat dari Bukit Bait Suci, dan ia menyatakan: "Kami telah mengembalikan tempat Maha Kudus kami dan kami tidak akan pernah meninggalkannya kembali". Shlomo Gorn, Rabbi kepala dari tentara Israel kemudian meniup "shofar" sebagai symbol yang dipercaya bahwa "…oleh suara sangkakala Bait Suci roboh, dan oleh suara sangkakala juga itu akan dibangun kembali".

Tetapi empat puluh satu tahun yang lalu, ketika mereka merebut Yerusalem itu, sangat sedikit orang percaya bahwa bangsa Yahudi akan merencanakan kembali pembangunan Bait Suci mereka di Gunung Moriah - dalam bentuk rancangan yang sama seperti Bait Suci Pertama dan Bait Suci Kedua mereka. Para pengamat politik dunia akan menyatakan hal itu sebagai sesuatu yang tidak realistis. Mengapa? Karena lokasi seluas tiga puluh lima are di puncak Gunung Zion itu, dimana awalnya berdiri The Temple yang menjadi jantung kota tua Yerusalem, telah (dan masih) diduduki secara illegal oleh dua kubah Islam - Dome Of The Rock dan Al Aqsa yang selama ini telah menjadi suatu symbol kota Yerusalem. Pemaksaan Israel untuk mengambil alih kedua situs tersebut dan menggantikannya dengan Bait Suci Yahudi jelas akan mendapat reaksi keras dari Negara-negara Islam dan juga akan mengobarkan "Jihad" (perang suci) internasional.

Bagaimanapun, bangsa Yahudi telah menguasai seluruh kota Yerusalem sejak Perang Enam Hari di tahun 1967, dan diteguhkan kembali dalam perang tahun 1973. Dan dalam tujuan damainya mereka tetap akan mengijinkan orang Islam memelihara kedua mesjid mereka diatas Bukit Bait Suci sampai waktunya tiba. Sebaliknya, orang Islam mempergunakan konsesi tersebut untuk menolak memberikan akses bagi para arkeolog dan peneliti Israel untuk masuk ke wilayah kedua mesjid tersebut karena mereka khawatir pemberian ijin tersebut akan semakin memotivasi Israel untuk merekonstruksi The Temple. Fobia pembangunan kembali Bait Suci Yahudi ini setiap saat menghantui bangsa Palestina dan Arab pada umumnya, pertama karena kesadaran mereka atas keberadaan yang tidak sah diatas Gunung moriah, dan kedua karena mereka mempunyai pengalaman yang cukup (sejak ribuan tahun yang lalu) tentang "berurusan" dengan Elohim Israel yang selalu menggentarkan mereka dari zaman ke zaman dari generasi ke generasi. Sikap-sikap seperti itu menjadi sumber ketegangan religius di lokasi tersebut, ditambah lagi dengan masuknya unsur-unsur Kristen dan Katolik dengan kepentingan religiusnya masing-masing, semakin menjadikan kondisi wilayah ini semakin tidak menentu. Keberadaan kota tua Yerusalem pun terkotak-kotak dimana empat wilayahnya dikuasai oleh otoritas yang berbeda-beda, ada wilayah Moslem, Kristen/Katolik, dan Yahudi sendiri, Dan masing-masing siap untuk mempertahankan wilayahnya dengan bayaran apapun mengingat kehadiran "terhormat" mereka di Gunung Zion. Belum lagi otoritas atas satu atau dua lokasi yang dikuasai oleh gereja-gereja tertentu: Ortodoks Yunani, Katolik Roma, Ortodok Armenia, dan Yahudi Ethiopia (Falasha), menjadikan wilayah kota tua Yerusalem semakin rawan dengan konflik.

PEMBANGUNAN KEMBALI TANAH ISRAEL

Tidak dapat dipungkiri, bangsa Yahudi tidak dapat melupakan pembangunan kembali Bait Suci-nya. Selama seribu sembilan ratus tahun, dalam masa pembuangan ke bangsa-bangsa (diaspora), tiga kali sehari mereka berdoa: "May it be Thy will that the Temple be speedily rebuilt in our days..." ("…biarlah itu menjadi kehendak-Nya bahwa Bait Suci akan segera dibangun di hari-hari kita ini…"). Dan selama seribu sembilan ratus tahun itu, generasi-gererasi mereka tidak punya sedikitpun kesempatan untuk mewujudkan keinginan religius mereka (karena waktunya belum genap), dan itu juga sebabnya mereka tidak memiliki Imam Besar! Untuk apa imam besar tanpa wilayah kerjanya (Bait Suci)?

Sinagog-sinagog mereka bangun diseluruh dunia sebagai tempat/sarana belajar Hukum Taurat dan juga berdoa, tetapi sama sekali mereka tidak memiliki cara untuk mengikuti aturan beribadah yang benar, sesuai dengan Hukum Taurat, karena tiadanya Bait Suci yang telah hilang dari keimanan Yahudi sejak dirobohkan oleh Jenderal Romawi, Titus, di tahun 70 Masehi. Perintah dalam kitab Torah, sebagaimana yang dijabarkan di dalam perintah nomor 613 kitab Yahudi Talmud tentang tata cara ritual ibadah yang benar, sangat berkaitan dengan keberadaan Bait Suci yang menjadi the centre dari semua bentuk penyembahan bahkan kehidupan bangsa Yahudi. Sepertiga dari seluruh kitab Talmud tersebut merupakan ritual ibadah yang juga hanya dapat dilakukan dalam keberadaan Bait Suci yang dibangun di tempat aslinya, di puncak Moriah. Itulah the heart of Zion, the heart of Israel yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mereka mengerti bahwa sebelum Bait Suci berdiri kembali, seluruh bentuk ritual ibadah yang mereka jalani adalah tidak sah secara Hukum Taurat. Dalam kondisi religius seperti itu, bagaimana mungkin ada orang yang dapat berpikir bahwa bangsa Yahudi bisa atau telah melupakan pembangunan kembali Bait Suci-nya?!



Dan demikianlah mereka tetap disibukkan oleh pertentangan mengenai puncak Gunung Moriah sampai waktunya tiba. Sejauh ini, kesepakatan damai antara Palestina dan Israel hanya menyangkut "deal-deal" tertentu mengenai isu Samaria, Gaza, Yerikho, dan Dataran Tinggi Golan, dimana itu sebenarnya hanya pengalih perhatian dari masalah utamanya. Perdebatan utama - "batu penjuru" Zakaria 12 - adalah Yerusalem. Dan isu mengenai Yerusalem bukanlah isu politik tetapi isu religius yang dapat berakibat politik, bahkan berdampak global. Disinilah titik puncak dari semua nubuatan Kitab Suci digelar: peperangan untuk menegakkan "Tahta Daud". 

Seluruh dunia saat ini menantikan terjadinya peristiwa, dimana nabi-nabi Tuhan telah menyaksikannya ribuan tahun yang lalu, penggenapan nubuat tentang suatu tempat diatas gunung karang Zion, rebuilding The Jewis Temple sebagai The Heart Of Israel. Jantung yang akan berfungsi mengalirkan darah kehidupan kepada "tulang-tulang kering" Israel.

Dan ketika itu digenapi, ingatlah, beberapa peristiwa nubuatan yang terpenting akan terjadi. Kemudian Antikris akan menyatakan perjanjiannya dengan Israel segera setelah peristiwa pengepungan atas Yerusalem. Antikris akan menjadi "penyelamat" yang akan membawa bangsa Yahudi, orang Protestan, dan orang Katolik kedalam pembentukan "Federation Of Churches" untuk mendukung tindakan selanjutnya, memerintah dunia dari Bait Suci Yerusalem. Tetapi sebelumnya, tentu saja, Bait Suci itu harus dibangun dahulu! Kemudian baru masuk masa-masa paling kritis dalam langkah-langkah penggenapan nubuat tentang akhir zaman. 


MENORAH

Dalam kitab Keluaran, kita mendapat detail instruksi yang diberikan Tuhan kepada Musa sebagai design dari ketujuh kandil, Menorah. Keberadaan Menorah ini sangat berkaitan dengan persiapan pembangunan kembali Bait Suci Yahudi, karena merupakan unsur penting dari kelengkapan Ruang Kudus Bait Suci, yang penuh dengan makna religius.

Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni; dari emas tempaan harus kandil itu dibuat…. Enam cabang harus timbul dari sisinya: tiga cabang kandil itu dari sisi yang satu dan tiga cabang dari sisi yang lain.… Haruslah kaubuat pada kandil itu tujuh lampu dan lampu-lampu itu haruslah dipasang di atas kandil itu, sehingga diterangi yang di depannya…. Dan ingatlah, bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu (kutipan Keluaran 25:31-40).

Menorah (kandil emas) yang telah direkonstruksi oleh The Temple Institute, sebagai persiapan pembangunan kembali Bait Suci Yahudi. Diletakkan di zona Yahudi kota tua Yerusalem dengan system keamanan yang canggih, untuk dipertontonkan kepada umum sebagai pernyataan kesiapan mereka atas pembangunan Bait Suci ketiga. Tujuan peletakkan secara demikian tentunya mengandung "pesan moral" yang akan memelihara semangat Yahudi untuk tetap siap, dan disisi lain menjadi "warning" bagi musuh-musuh Yahudi.

Nilai dari satu Menorah emas murni tempaan tersebut sekarang diperkirakan berharga lebih dari satu juta dolar US. The Temple Institute, sebagai pihak yang dipercaya untuk mempersiapkan "barang-barang" kudus untuk Bait Suci Ketiga, telah menghimpun dana dari Yahudi Internasional diseluruh dunia untuk membiayai pembuatan barang-barang kudus Bait Suci Ketiga. Tetapi satu sumber, The Yerusalem Post, 27 Januari 1996, mengatakan mereka sebenarnya tidak perlu untuk membuat kembali barang-barang berharga Bait Suci, karena sejak dirobohkannya Bait Suci Kedua, Menorah dan barang berharga lainnya milik Bait Suci (kecuali Tabut Perjanjian) telah dibawa oleh tentara Romawi dan disimpan di sebuah kubah monument: Arch of Titus, yang dibuat khusus untuk Jenderal Titus di kota Roma (dibangun tahun 81 M untuk mengingatkan akan kemenangannya di Yerusalem), sampai kemudian dipindahkan ke Vatican sebagai bagian dari koleksi berharga. 



"Arch of Titus" di Roma, Menorah yang diangkat oleh orang romawi.

PAUS DIMINTA UNTUK MENGEMBALIKAN MENORAH BAIT SUCI

Shimon Shetreet, seorang menteri Israel (Religious Affair Minister), sesaat setelah diterima oleh Paus John Paul II di Roma tanggal 20 Januari 1996, secara langsung meminta Vatican untuk "bekerjasama" mengembalikan Menorah seberat 60 kg emas murni yang diambil dari Bait Suci Kedua oleh Jenderal Titus di tahun 70 M. Pernyataan itu dinyatakan Shimon Shetreet berdasarkan data-data riset oleh Universitas Florence, yang telah memastikan bahwa Menorah Bait Suci Kedua saat ini berada diantara koleksi barang berharga di museum bawah tanah Vatican. Secara politis menteri Israel tersebut menyatakan "saya tidak mengatakan itu pasti, tetapi saya minta Paus untuk menolong mencarinya sebagai suatu bentuk niat baik Vatican untuk suatu hubungan yang lebih baik antara Katolik dan Yahudi. Tentunya seorang pejabat tinggi Israel tidak akan "berspekulasi" untuk sesuatu yang tidak pasti.

Jika Paus John Paul II bersedia untuk mengembalikan Menorah kuno yang berharga tersebut ke Yerusalem, maka statusnya diantara rakyat Yahudi di dunia secara instant akan diperbaiki, bahkan dipromosikan sebagai seorang "juru damai" (bagian dari Messianic Proposional). Bagi Paus, itu akan membuka kesempatan yang memang ia butuhkan dan ia nantikan untuk hubungan yang lebih baik dengan Yahudi, selain untuk "mengamankan" posisinya sebagai "teman Israel" yang telah dirintisnya, yang dapat turut merealisasikan janji keamanan internasional kepada Israel. Itu kalau ada kesepakatan diantara keduanya, apapun motivasi dan kepentingannya.

Memang, kehadiran "juru damai" merupakan kerinduan Israel dan sebagian besar orang Yahudi, dalam bahasa lain: kehadiran seorang Messias, pembuat damai yang menjamin keamanan mereka (yang tidak pernah aman), ia yang pada akhirnya nanti akan memerintah dunia dari Yerusalem. Secara nubuatan posisi itu akan dinyatakan oleh seorang Anti-kris, kepala dari Romawi Baru: Uni Eropa di periode-periode mendatang. Seorang peace maker yang mempunyai hubungan yang "sangat dekat" dengan penguasa Vatican.


Menorah emas berbicara lebih dari sekedar symbol Yahudi, ia menyatakan kerinduan generasi yang sangat dalam dan sukar dimengerti siapapun, ratapan hati suatu bangsa dimana bahasa manusia tidak sanggup untuk mengungkapkannya.



Posting Komentar

0 Komentar