Tanda Akhir Zaman Jika Mesjid Jadi Obyek Wisata

Resensi Akhir zaman - Pernahkah kita memperhatikan masjid yang dibangun pada saat ini? Megah, luas, mewah, bertingkat, dan berkelas. Karena kemegahannya tidak jarang masjid dijadikan sebagai objek wisata yang wajib disambangi, bukan digunakan sebagai tempat beribadah dan sarana untuk dzikrullah.

Kota Makkah akan terus meruntuhkan gedung-gedung di sekitar Masjidil Haram pekan depan untuk keperluan perluasan dan pembangunan besar-besaran di Masjidil Haram.

Renovasi besar-besaran itu mulai berderap Mei tahun 2008 atas perintah Abdullah, selaku Penjaga Dua Kota Suci (Khadimul Haramain). Raja Abdullah ingin menambah 35% kapasitas Masjidil Haram.

Walikota Makkah, Dr. Osama Al Bar, mengatakan di antara bangunan yang akan dirubuhkan adalah hotel-hotel di Wilayah Pusat. Beberapa di antaranya telah diruntuhkan tahun lalu melalui Proyek Perluasan Raja Abdullah untuk Masjidil Haram.


Masjidil Haram 2020
Al Bar mengatakan sudah sekitar 1.000 bangunan yang dirubuhkan. Al Bar juga membantah bahwa gedung-gedung di distrik Al Azizia juga akan dirubuhkan. Menurut dia, di wilayah tersebut hanya akan diadakan studi untuk belahan timur.

Adapun peningkatan daerah Al Khansa dan memperluas jalan-jalan di wilayah itu sudah berada dalam rencana, katanya. Sejumlah ruas jalan akan dibuka di Malawi, termasuk jalan utama yang dimulai dari Terowongan King Fahd dan berakhir di Jalan Al Masjid Al Haram sebelum Kantor Gubernur Makkah.(tvone.co.id)

Proyek yang diperkirakan baru tuntas tahun 2020 itu bakal menyerap dana hingga US$ 100 milyar (Rp 920 trilyun). Gelontoran dana superbanyak ini mencakup pembangunan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, apartemen, dan hotel-hotel baru di Mekkah. 



Inilah salah satu fenomena akhir zaman yang telah diingatkan oleh Rasulullah Saw. yaitu ketika masjid sudah dianggap sebagai tempat rekreasi dan hanya dijadikan sebagai jalan untuk lewat. Ibnu Mas’ud berkata bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya salah satu tanda kiamat adalah bila masjid-masjid dianggap sebagai jalanan.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa:

“Kiamat tidak akan terjadi sehingga orang-orang bermegah-megahan dengan masjid-masjid.” (HR. Ahmad)

Ketika masjid telah dihias sedemikian rupa hingga membuat setiap mata yang memandangnya terkagum-kagum, maka secara perlahan peran dan fungsi masjid telah bergeser menjadi semacam tempat hiburan dan rekreasi.

Sesungguhnya Allah Swt. Menjadikan masjid sebagai tempat untuk beribadah (shalat dan dzikir) kepada-Nya. Sehingga orang-orang yang mendatanginya adalah mereka yang memiliki kerinduan kepada Allah Swt. dan melampiaskan kerinduannya dalam bentuk sujud dan ruku.

Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang berhak untuk memakmurkan masjid dengan shalat dan dzikir. Selain mereka tentu enggan untuk melakukannya. Maka, menjadi sangat wajar jika kedatangan orang-orang yang hanya ingin sekedar ‘melihat-lihat’ kemegahan masjid, jauh dari sifat mulia dan tidak akan mampu memakmurkan masjid.

Kedatangan para ‘pelancong masjid’ layaknya para artis yang berkunjung ke sebuah tempat hiburan. Kekaguman mereka bukan ditujukan kepada Allah yang telah memberikan berjuta-juta kenikmatan kepada mereka, melainkan kagum kepada arsitek dan perancang masjid yang dibangun. Kesibukan para wisatawan bukan pada ibadah apa yang terbaik jika berada di dalam masjid, melainkan pada; berapa biaya yang dihabiskan untuk membangun masjid, siapa desainer dan perancangnya, bahan apa saja yang digunakan dalam pembangunan, dan beragam pertanyaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan ibadah.

Yang pertama kali dilakukan para wisatawan bukan melakukan shalat sunnah tahiyyatul masjid dua rakaat, akan tetapi yang mereka lakukan adalah mengeluarkan kamera digitalnya untuk memotret seluruh ruangan masjid dan berpose dibeberapa sudut masjid. Ironis.

Jika kita perhatikan saat ini banyak masjid dibangun dengan megah dan luas, akan tetapi setiap kali shalat berjamaah dilaksanakan kadang hanya satu shaf saja yang terisi penuh. Apalagi jika tiba waktu shalat Shubuh, satu shaf pun tidak penuh, hanya satu sampai lima orang saja yang mengisi shaf terdepan.

Jangankan masjid yang luas, musholla pinggir rumah pun yang berukuran 3 x 5 meter terkadang sering terabaikan dan jarang diisi oleh warga yang shalat berjamaah. 

Wallahu alam bishowab



Posting Komentar

0 Komentar