Asal Usul Dajjal [ 1 ]

MUKADIMAH

Mohon terlebih dahulu dibaca Mukadimah ini. Mukadimah ini Salsa sajikan, agar tidak menimbulkan prasangka yang salah karena dalam sejarah Dajjal ini hanya sebagian kecil saja berasal dari Hadist. Sementara Sebagian besarnya adalah menurut riwayat dalam manuskrip-manuskrip yang telah dihubungkan satu dengan lainnya yang sebagian isinya kemudian dihubungkan kebenarannya kepada Surah Thaha ayat 83-98 dan hadist Rasul yang shahih.

Dalam pembahasan Riwayat Dajjal ini, Salsa merujuk kepada manuskrip-manuskrip kuno yang ditemukan oleh seorang petani bernama  samaran Abu Basil ‘Izzuddin Nur di Palestina, Yang kemudian menyerahkannya kepada seorang Alim bernama Azad bin Harim bin Shafur di kota Quds (Palestina). Manuskrip-manuskrip ini ditulis dengan huruf Aram lama yang diperkirakan berumur sekitar 4 abad sebelum diutusnya Nabi Musa.

Sebagian potongan manuskrip ditemukan oleh arkeolog di kota Irbid dikerajaan Yordania. Dan sebagiannya lagi dari manuskrip milik seorang Alim di negeri Yaman dengan nama Haidar bin ‘Arif Billah ‘Abdullah bin Salam bin Syari, yang masih hidup dan berusia 110 tahun. Beliau memiliki manuskrip yang telah berusia ratusan tahun, bahkan manuskrip asal-usul yang telah berusia sejak 700 tahun sebelum masehi.

Potongan-potongan Manuskrip-manuskrip ini telah dikumpulkan, diteliti hubungannya dan dibukukan oleh Muhammad Isa Dawud seorang yang meraih gelar Lc di Universitas Kairo dibidang Sastra di Fakultas Bahasa-Bahasa dan Studi Timur, bersama dengan seorang rekannya yang mengerti dan memahami bahasa Aram kuno tersebut.

Dan Salsa mengutip pernyataan Muhammad Isa Dawud dalam bahasan ini, dimana dalam bukunya, Muhammad Isa Dawud mengemukakan, “Saya mendapat petunjuk dari Manuskrip-manuskrip itu, ditulis oleh seorang yang bernama Azad bin Harim bin Shafur, yang disana dituliskan bahwa dirinya pernah bertemu dengan Nabi Ibrahim, bahkan menanyakan kepadanya ihwal seorang laki-laki yang disebut Dajjal yang sangat membahayakan itu (berita tentang Fitnah Dajjal ini telah disebut-sebut sejak jaman Nabi Nuh, sebagaimana sabda Rasul Muhammad yang bersabda, bahwa setiap Nabi wajib mengingatkan umatnya tentang Dajjal, bahkan Nabi Nuh pun telah mengingatkan umatnya tentang Dajjal).

Saya sendiri (Muhammad Isa Dawud), membenarkan apa yang disebutnya itu. nabi Nuh, yang sangat jauh dari masa kenabian Nabi ibrahim, juga pernah memperingatkan kaumnya dari bahaya Dajjal. Jadi tidak ada alasan untuk meragukan atau menganggap aneh perkataan Nabi Ibrahim yang diterimanya dari nabi Nuh.

Dan tampaknya, apa yang berada dalam manuskrip-manuskrip ini adalah seperti apa yang pernah didiktekan oleh Nabi Ibrahim di lembah Quds (Palestina), yang kemudian sejarahnya ditulis dalam manuskrip-manuskrip ini dan diturunkan secara turun-temurun oleh anak cucunya, sehingga sampai pada jaman Nabi Isa Al-Masih Alaihissalam, Maka cicit-cicit Azad bin Harim bin Shafur inipun menanyakan pula hakekat Dajjal kepada Nabi Isa AlaihisSalam dan Rasul Allah itu pun menguatkannya”.

Dan dalam pengantar buku beliau, Muhammad Isa Dawud menyatakan, “Setelah menelaah secara literatur, dengan pertolongan Allah SWT dan segala puji bagi-Nya, berkenaan dengan masalah umur Dajjal pada peristiwa Tamim Ad-Dari yang merupakan Hadist Shahih yang akan Salsa sajikan dipenghujung pembahasan Riwayat Dajjal ini – pendapat saya ternyata tidak jauh dari ijtihad para ulama kita terdahulu yang mencoba mengkompromikan berbagai hal yang membingungkan tentang Dajjal. Dan Ijtihad saya yang pertama tidak begitu jauh dari kebenaran. Akan tetapi (dengan bukti-bukti manuskrip-manuskrip ini), kini saya merasa lebih mendekati kebenaran, atau kebenaran itu sekarang ada dihadapan saya.

Saya hanya mengemukakan, tetapi tidak memastikan atau menentukannya. Saya hanya menuliskan suatu kajian, renungan dan hasil bacaan dari berbagai literatur, disamping hasil olahan bathin. Yang saya tulis ini hanya sekadar upaya penyebaran informasi yang tidak bisa saya pastikan kebenarannya.

Namun, berbagai realitas menyatakan bahwa Dajjal itu benar-benar ada dan termasuk dalam kelompok yang ditangguhkan kematiannya (min al-munzharin). Ia lahir sebelum masa kenabian Nabi Musa”.

KELAHIRAN DAJJAL

Negeri Samirah dahulunya adalah negeri kecil di Palestina  yang nantinya akan menajdi sebuah negara besar pada masa Dawud dan sesudahnya, bahkan menjadi ibu kota kerajaan Bani Israil warisan Nabi Sulaiman  . Hal ini berdasarkan sisi masa kelahiran Nabi Musa, yaitu kira-kira 1 abad sebelum kelahiran beliau.

Keluarga Dajjal, ayah, ibu , kakek dan nenek moyangnya adalah penyembah berhala. Mereka keturunan Yahudza, yang telah menikah selama 30 tahun tetapi belum dikaruniai seorang anak.

Rasulullah bersabda, “Ayah dan Ibu Dajjal itu melewati perkawinannya selama 30 tahun tanpa melahirkan satu anak pun. Kemudian lahirlah dari mereka seorang anak laki-laki yang buta sebelah matanya. Ia menjadi orang yang paling berbahaya dan paling sedikit manfaatnya (bagi kedua orang tuanya dan bagi umat manusia). Kedua matanya tertidur, tetapi hatinya tetap terjaga.” (HR . Riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya)

Sebagai penyembah berhala (patung sapi betina), suatu malam kedua suami istri ini seolah-olah mendengar suara dari patung sapi tuhan mereka yang memberitahukan kepada mereka bahwa ia (sang patung) telah meridhai mereka dan berkehendak memberikan mereka seorang anak.

Sesungguhnya, jin dan setan dapat melihat yang gaib, sedangkan manusia tidak. Jin dan setan bisa melihat apa yang ada dalam jasad manusia seakan-akan kedua mata mereka adalah sinar X, sehingga bisa melihat kandungan sejak awal. Namun, jin dan setan tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi, mereka juga tidak tahu apakah janin itu laki-laki ataukah perempuan.

Namun mereka mengetahui keinginan sepasang suami istri itu yang mengharapkan anak laki-laki. Karena itu mereka memperdaya kedua manusia penyembah berhala itu, seakan-akan merekalah yang memberi karunia anak, dan meminta korban-korban sebagai sesembahan. Jika mereka menolak, maka mereka akan menggantinya dengan anak perempuan.

Apabila ternyata Allah berkehendak yang dikandung itu adalah anak perempuan, maka setan akan mengatakan, bahwa selama ini persembahan kedua hambanya itu adalah persembahan yang tidak ikhlas, sehingga mengakibatkan dirinya tidak puas dan mengganti anaknya dengan anak perempuan. Demikianlah yang diperbuat oleh setan, dan sejarah ini telah dicatat dalam manuskrip yang ditemukan oleh arkeolog di kota Irbid di kerajaan Yordania.

Rasulullah bersabda, “Ayahnya (Dajjal) tinggi, gemuk dan hidungnya seperti paruh burung. Sedang ibunya fardhakhiyyah, yakni banyak dagingnya dan gemuk badannya. Kedua tangannya panjang dan kedua tetknya pun besar” (HR.Riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya).

Sabda Rasul bahwa, Anak itu sangat membahayakan kedua orang tuanya dan umat manusia, dapat dibuktikan, bahwa  dalam manuskrip tersebut tertulis “karena anaknya sejak lahir diam saja dan tidak bergerak dan tidak menangis sebagaimana layaknya bayi, maka ibunya tidak dapat menyusuinya, sehingga ibunya terkena penyakit keracunan akibat tertahannya air susu, sehingga menyebabkan kematiannya”.

Hal ini membuktikan, bahwa Dajjal telah membawa kesialan bagi ibunya, sesuai benar dengan sabda Rasulullah yang jujur itu.

Adapun kesialan yang dibawa Dajjal bagi ayahnya adalah :  Setelah kira-kira selama 4 tahun Dajjal hanya diam dan tidur saja sejak kelahirannya, suatu malam anak itu bergerak, merangkak, dan berjalan seperti halnya balita (seolah-olah ia seperti dirasuki oleh setan), ia berjalan ke arah patung-patung berhala, kemudian tidur di sisi patung itu.

Maka benar jualah apa yang disabdakan Rasulullah, “Kedua matanya tidur, tetapi hati tetap terjaga”.

Sang ayahpun terjaga keesokan harinya dan mendapati anaknya tertidur dipangkuan tuhan-tuhan mereka. Ia mencoba memahami apa yang terjadi, tetapi bagaimana mungkin ia dapat memahami hal itu dengan kaca mata kemusyrikannya?..maka ia memanggil tetangganya, dan berita itu segera menyebar. Berduyun-duyun orang datang untuk menyaksikan hal aneh anak laki-laki itu, bahkan mencari berkah darinya.

Hakim kota mendengar dan ingin memiliki anak itu yang dianggap dapat membawa berkah, maka diutusnya mata-mata untuk membuat siasat.

Maka dihadapkannya lah ayah Dajjal kepada Hakim kota dan dipaksanya untuk mengaku bahwa kabar berita itu adalah hasil rekayasa dirinya semata. (pada jaman itu, Hakim Kota adalah tuhan. Yang berkuasa memberi berkah dan memberi siksa bagi warga kota. Tiada tuhan yang patut disembah selain Hakim Kota itu. Karena itu, ayah Dajjal dipaksa mengaku bahwa dia sendiri lah yang telah mengangkat anaknya dan menaruh dipangkuan tuhan patung sapi).

Tentu saja ayah Dajjal menyangkal tuduhan Hakim Kota itu. Karena itu ia dipenjarakan dan disiksa. Sementara Dajjal diambil oleh Hakim Kota dan dirawat dalam istana. Dalam menghadapi siksa dipenjara, rupanya ayah Dajjal tidak kuat lagi, maka terpaksa ia mengakui kebohongan itu. Setelah ia mengaku, ayah Dajjal itu diusir, maka tinggallah ia sebatang kara, karena anaknya telah disita oleh tuan Hakim Kota. Dalam keterasingannya itu, maka meninggallah ayah Dajjal dalam derita (tekanan bathin yang berkelanjutan).

KEAJAIBAN SAMIRI

Berita keajaiban anak itu tersebar ke seluruh negeri, sehingga ia disebut sebagai A’jubah as-Samirah (Keajaiban Samirah). Seorang pandai dikota itu berkata, “Ia ini memang betul-betul keturunan Samiri (Sam = salah satu anak Nabi Nuh yang kufur yang ikut ditenggelamkan bersama orang zalim lainnya dalam banjir besar, ia dikenal sebagai Kan’an), yang sifatnya Sam sangat mirip dengan anak ajaib itu ketika masih bayi, yaitu tidak banyak bergerak, tidak menangis dan selalu tidur”. Tetapi tidak seorangpun yang mempercayai orang pandai itu, bahkan ia dikatakan gila.

Orang-orang terus membicarakan anak ajaib itu dan memberinya julukan as-Samiri, yang disandarkan pada negeri kelahirannya dan bukan dinisbatkan kepada seseorang.

Anak itu – (yang tidak ada 1 literatur pun yang menyinggung bahwa ia mempunyai nama kecuali julukan yang diberikan kepadanya) – tinggal dalam pengawasan dan pemeliharaan tuan Hakim di istananya.

Setelah berada didalam istana selama kira-kira 1 tahun 1 bulan, penduduk negeri itu dilanda bencana dalam kegelapan. Allah SWT telah memusnahkan negeri itu, dan memerintahkan Jibril menyelamatkan anak itu dan membawanya kesebuah pulau terpencil yang terletak disuatu lautan luas, yang disebut Laut Yaman.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar untuk menjaga dan memberinya makan dan minum setiap hari.

Allah Azza wa Jalla berfirman, “Hai Jibril, anak itu adalah hamba-Ku. Tetapi di akhir jaman ia akan mengaku sebagai tuhan yang disembah dimuka bumi. AKU akan mengutus hamba-Ku yang lain untuk menyiksanya dengan siksaan pedih dan akan membunuhnya pada suatu saat tertentu yang tidak akan diingkari oleh hamba-KU. Orang tersebut adalah seorang nabi yang diutus pada suatu masa dan ia menjadi wali, tanpa wahyu, pada menjelang akhir jaman”. – Riwayat dari manuskrip milik seorang Alim Haidar bin ‘Arif Billah ‘Abdullah bin Salam bin Syar di negeri Yaman.

Pulau yang didiami oleh anak itu dikenal dengan nama jazirah ats-tsu ar-rahib wa ad-dabbah al-halba’ (pulau ular mengerikan dan hewan berbulu tebal).

Hewan melata yang berbulu lebat inilah yang telah menjaganya selama ia mendiami pulau itu dan dapat bercakap-cakap selayaknya manusia dan makhluk inilah yang dalam hadist Rasul dari Riwayat Tamim Ad-Dari disebut sebagai Jassasah, yang mana Tamim Ad-Dari telah bertemu dengannya.

Pulau itu kecil bagaikan tumpukan bebatuan, terletak di Lautan Hindia dekat negeri Yaman dan disebut Laut Yaman, bukan Teluk Arabia seperti pengakuan sebagian orang. Pulau itu terpisah dari gugusan pulau-pulau yang banyak jumlahnya, dan menjadi sesuatu yang asing dan ganjil karena ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Dan anak itu sepanjang hari sepanjang tahun selalu tidur layaknya penghuni gua.




Posting Komentar

0 Komentar